Seorang penulis yang aku kenal via jejaring sosial mengatakan bahwa kegelisahan yang dialami seorang penulis adalah ketika dia merasa berhasil membuat tulisan yang baik. Gelisah, karena itu berarti menjadi beban tersendiri padanya untuk berusaha membuat tulisan yang nggak kalah baik lagi atau semakin baik setelahnya. Aku pikir kata-kata itu untuk ukuranp penulis produktif sekalipun juga akan merasakan kegelisahan itu. Dan tulisan yang baik dalam ukuranku tulisan yang bisa dierima yang membaca meskipun yang membaca hanya yang menulis sendiri. Hehe.
Hm, jangankan penulis yang produktif, aku yang penulis tergantung mood saja sering mengalami kegelisahan itu. Sepertinya aku punya sekian banyak ide yang ingin kutuangkan lewat tulisan. Tapi kayaknya mentok. Pada dasarnya mentok pada rasa malas :p. Yeahh, ajeg itu memang suseh. Kudu melawan rasa malas yang kadang muncul. Makanya ini lama nggak nulis di blog.
Hm, jangankan penulis yang produktif, aku yang penulis tergantung mood saja sering mengalami kegelisahan itu. Sepertinya aku punya sekian banyak ide yang ingin kutuangkan lewat tulisan. Tapi kayaknya mentok. Pada dasarnya mentok pada rasa malas :p. Yeahh, ajeg itu memang suseh. Kudu melawan rasa malas yang kadang muncul. Makanya ini lama nggak nulis di blog.
Aku punya keinginan menulis yang besar ketika akhir kuliah. Mungkin pengaruh kudu membuat skripsi kalee ya. Hehe. Mungkin juga proses yang panjang karena sejak awal kuliah sering membaca novel. Meski lebih sering hasil pinjaman daripada beli sendiri. Maklum, mahasiswa. Dan lagi di keluargaku memang tak suka dengan aktivitas membaca novel, cerpen atau cerita fiksi lain. Jadilah aku yang jatuh cinta dengan novel-novel yang umumnya karya penulis FLP itu jadi semakin ketagihan membaca. Mulai satu dua mencuri jatah bulanan untuk membeli buku-buku itu. Semakin lama bertumpuk juga itu novel meski ada beberapa yang dipinjam dan nggak kembali. Tak apalah. Buku yang kutata di rak masih jauh lebih banyak daripada yang pergi tak kembali kok. Pantaslah jika itu kujadikan koleksi novelku. Meski hampir setiap aku beli buku baru baik fiksi maupun non fiksi, Bue menegurku kenapa rela menghabskan duit untuk membeli buku-buku seperti itu. Dan aku nggak kalah bosan akan menjelaskan bahwa buku adalah jendela ilmu, bisa membentuk karakter seseorang. Mungkin juga suatu saat aku malah akan membuat perpustakaan kecil-kecilan yang siapa saja boleh meminjam bukuku. Sebenarnya sekarangpun sudah demikian tapi belum terlalu banyak koleksinya.
Sejauh ini aku masih konsisten pada tingkat penikmat. Membaca isi bukunya, ato paling banter membagi intinya dalam blog atau sms ke teman. Setidaknya mengasah aku menjadi editor. Hehe, biarpun begini, aku pernah membantu mengedit cerpen 2 muridku yang akhirnya kukirimkan ke lomba tingkat nasional. Dan takkusangka salah satu diantaranya masuk 10 besar. Padahal saat itu diikuti oleh 700an karya. Ya, tentunya terlepas dari ide cerita yang memang bagus, editor kan juga punya peran (*sedikit ngelus dada nih, kayaknya ada yang sombong :D).
Karena sering mentok di bagian ‘penikmat’ itu, aku lebih suka ngoyak-ngoyak orang di sekitarku yang suka nulis untuk ikut ajang lomba kepenulisan. Paling aku akan menawarkan diri menjadi editor dadakan jika ada yang niat mau ikut lomba semacam itu.
Saat ini aku lagi memutar otak, berdamai dengan hati untuk membuat tulisan sendiri yang akan kuikutkan lomba. Mencoba berani bereksplorasi. Doakan aku ;-)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar