Assalamu'alaikum Selamat datang di blog emak-emak muda
Home| Numpang| Nampung| Nampang| Bikin Sendiri| Twitter| Facebook|

Sabtu, 25 Juni 2011

satu untuk seribu satu keinginan


Aku suka sekali tag line ‘satu untuk seribu satu keinginan’ itu. Tag line sebuah produk operator seluler. Kalau kita lihat, sekarang ini banyak sekali operator seluler. Begitu juga dengan iklannya. Banyak begete. Tak heran hasil survey mengatakan bahwa iklan paling banyak adalah iklan operator seluler.
Lihat saja, sepanjang jalan raya berderet baliho, spanduk atau apalah iklan tentang operator seluler. Tak jarang yang saling serang di iklan, tentu saja dalam rangka menarik pelanggan sebanyak mungkin. Yahh, sepertinya memang kebutuhan seluler mulai bergeser dari kebutuhan tersier ke arah kebutuhan primer. Hampir setiap orang mempunyai handphone. Dan tak sedikit yang memilikinya lebih dari satu.


Pangsa pasar yang besar, menyediakan konsumen yang siap melahap iklan yang ada. Saling banting harga, nyebar diskon, iming-iming hadiah atau gratisan kepada pelanggannya. Dan herannya, meski operator yang dipandang mahal dan jarang memberi fasilitas gratisan kepada pelanggarannya tetap saja ada pelanggannya.

Hehe, aku malah jadi sok menganalisa produk seluler yak.

Belajar dari tag line itu, aku teringat dengan kehidupanku akhir-akhir ini. Ketika di kantor, bila jam pelayananan selesai, acara selanjutnya adalah ngobrol ngalor ngidul. Tak hanya perempuan yang selama ini aku pikir suka banyak ngobrol, kaum adampun ikut nimbrung. Dan kau tau, ketika 2 orang atau lebih bertemu, maka kecenderungannya adalah membicarakan orang ketiga dan seterusnya. Entah kebaikan maupun keburukannya.

Manusia yang diberi keistimewaan berupa kemampuan berbicara sebagaimana dalam QS. Ar Rahman 1 – 4, yang artinya:
‘Ar Rahman, yang telah mengajarkan Al Quran. Dia menciptakan manusia, mengajarnya pandai berbicara’

Dan QS. Al Balad 8 – 9, yang artinya:
‘Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah dan dua buah bibir’

Kecenderungan manusia untuk berbuat fasik dan takwa (QS asy syam 8). Dua potensi inilah yang kemudian ada pada kendali manusia, mau dibawa kemana mata, lidah dan bibir.

Sungguh aku nggak bisa bayangin ketika dalam sebuah hadits dikatakan bahwa jika mempergunjingkan orang itu diibaratkan seperti memakan bangkai saudara sendiri. Ihh,

Untuk mengkahiri catatan ini, kita tak kan pernah mendapati setiap orang selalu menjadi sesuai seperti apa yang kita inginkan. Ataupun sebaliknya, kita selalu menjadi seperti yang diinginkan orang lain. Adanya adalah setiap manusia berusaha bermanfaat untuk orang lain. Itu lebih masuk akal. Karena itulah, diciptakan sifat saling memahami orang lain. Satu untuk seribu satu keinginan, tanpa harus merasa bermanis muka di satu sisi tapi di belakang membicarakan keburukannya. Bermain cantiklah :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar