Assalamu'alaikum Selamat datang di blog emak-emak muda
Home| Numpang| Nampung| Nampang| Bikin Sendiri| Twitter| Facebook|

Jumat, 17 Juni 2011

kesempatan kedua (5)

.....

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh,
Ketika menulis surat balasan untukmu, aku teringat sepenggal kalimat yang diucapkan ustadz favoritku, Mas. Beliau pernah berkata, duhai susahnya punya hati, letaknya tersembunyi dalam tubuh ini, tapi geraknya sungguh terasa sekali. Ah, manis sekali ya?


Bicara mengenai hati, rasanya tak bisa jauh dari cinta. Bukan begitu, Mas? Cinta itu pula yang sedang memenuhi hatiku. Bukan cinta biasa, Mas, tapi cintaNya yang sempurna. Meski kuakui aku sendiri sering rapuh dan belum bisa sepenuh hati dalam mencintaiNya, tapi aku akan terus berusaha. Kita semua tentu tahu bahwa Allah akan dekat dengan kita jika kita mendekatiNya, Allah juga tidak akan pernah bosan kepada hambaNya sampai hamba itu sendiri yang bosan padaNya, serta Allah itu paling besar ghirahnya (rasa cemburu) jika melihat hambaNya mencintai selainNya lebih dari kepadaNya. Jadi, apa lagi yang akan menghalangi kita untuk terus mendekat ke cintaNya?

CintaNya pula yang membimbingku untuk lebih mengenal Islam, agamaNya yang paling benar dan sempurna. Kita tentu tak bisa memungkiri bahwa belajar tauhid sangatlah penting. Dengan tahu ilmunya, itu akan menjadi tameng supaya kita lebih berhati-hati dalam beramal. Karena segala amalan harus berdasar pada ilmu, maka hidup kita sebagai seorang muslim tentu akan lebih terarah. Kemudian kalau agama itu bisa membuat kita lebih terarah, apa salah kalau kita menjadi fanatik terhadapnya? Tentu saja sikap fanatik yang diikuti dengan kemauan kita untuk mempelajari Islam sendiri secara kaffah (menyeluruh). Sehingga tidak akan ada yang di luar kendali, selama kita terus berpedoman Al Qur’an dan As Sunnah. Jadi, bukankah menjadi seorang muslim itu sangat membanggakan, Mas?

Tentang Mas Rafa, secara jujur, aku memang pernah bersimpati padanya, Mas. Aku juga dulu sempat heran, bagaimana mungkin aku bisa punya hati pada si kutu buku itu. Jauh sekali dari tipe-tipe cowok yang pernah dekat denganku. Tapi, posisiku yang saat itu menjabat sebagai Ketua Keputrian Rohis, membuatku mau tak mau harus sedikit berhubungan dengan mantan Ketua Rohis kita itu, Mas. Dan itu membuatku justru makin jatuh hati pada kharismanya. Ini memang salahku, kesombongan hatiku, merasa diri aman dari jerat syaithon sehingga bermudah-mudahanan ketika timbul perasaan yang tidak seharusnya ada.

Untung aku punya teman-teman yang senantiasa peduli dan tak pernah bosan menasihatiku. Salah satu yang paling kuingat, seorang temanku pernah mengatakan tidakkah kau ingin merasakan nikmatnya iman? Dan kau juga pasti tahu, surgaNya seluas langit dan bumi yang di bawahnya mengalir sungai-sungai hanya diperuntukkan bagi hamba Allah yang jujur dalam keimanannya. Tidakkah kau merasa, kau sekarang sedang mendustakan keimananmu? Tidakkah kau sadar kau sedang mengkhianati RabbMu? Kau pikir Allah akan percaya dengan keimananmu, sedangkan kau melanggar apa yang dilarangNya? Mana ada orang yang mencintai sesuatu kemudian melakukan apa yang dibenci oleh sesuatu tersebut? MJJ (Mak Jleb Jleb) banget ya?

Aku jadi ingat suatu kisah yang pernah diceritakan ustadzahku. Aku yakin Mas juga pasti akan suka. Begini kisahnya:
Adalah cinta tinggal di sebuah pulau yang hampir tenggelam, dalam keadaan dia tidak bisa berenang dan tidak mempunyai perahu. Air mulai menutupi mata kakinya. Datanglah kekayaan dengan perahunya, cinta pun meminta kekayaan membawanya pergi dari pulau itu. Tapi, kekayaan menolak karena perahunya sudah penuh dengan barang, tidak ada tempat lagi bagi cinta dan kekayaan pun pergi. Air sudah menutupi betis cinta, kemudian datang kecantikan dengan perahunya. Cinta pun meminta kecantikan untuk menyelamatkannya. Lagi-lagi kecantikan menolak karena tidak mau perahunya yang indah terkotori dan kecantikan pun pergi. Air sudah menutupi pinggang cinta. Lalu datang persahabatan dengan perahunya yang mungil. Cinta pun meminta persahabatan untuk menampungnya. Tapi persahabatan menolak karena jika cinta naik, dia yang akan tenggelam dan persahabatan pun pergi. Air sudah menutupi leher cinta. Cinta benar-benar putus asa, dia hanya bisa menangis dan pasrah. Tiba-tiba datang perahu yang cinta tidak kenal siapa penumpangnya mengajak cinta pergi menuju pulau yang aman. Sesampainya di tujuan, perahu itu segera pergi dan tidak terlihat lagi. Cintapun penasaran dan bertanya pada penduduk setempat siapa dia. Penduduk setempat menjawab: dia adalah WAKTU.

Setiap orang punya interpretasi sendiri-sendiri terhadap cerita ini. Apalah artinya kekayaan, kecantikan, bahkan persahabatan sekali pun bagi cinta. Mereka tidak sanggup menolong cinta bahkan di saat nyawa sedang dipertaruhkan. Sesuatu yang tidak dikenal, tidak disadari keberadaannya justru yang bisa menyelamatkan, yaitu waktu. Demikian cinta yang Allah dan RasulNya sebagai parameter, butuh pada waktu. Yang di dalamnya memuat perjuangan, pengorbanan, kesabaran, dan keikhlasan untuk bisa meraih cinta dan jannahNya. Tidaklah sekali-kali seorang hamba akan masuk ke dalam jannah karena amalannya, melainkan karena besarnya rahmah dan cinta Allah.
Bagaimana? Kisahnya benar-benar menyentuh kan, Mas?

Sebagai penutup, aku ingin mengatakan kalau aku mungkin tak bisa memberikanmu kesempatan kedua dalam cinta, tapi ketahuilah… Kau tak pernah memerlukan kesempatan kedua dalam cintaNya. Karena kesempatan itu selalu ada, tinggal kau gunakan saja. Barokallahufiikum.
Wassalamu’alaikum warohmatullahi wa barokatuh.
_Tuti Hastuti/Pend. Bhs. Inggris/FBS/UNY_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar