Assalamu'alaikum Selamat datang di blog emak-emak muda
Home| Numpang| Nampung| Nampang| Bikin Sendiri| Twitter| Facebook|

Jumat, 17 Juni 2011

kesempatan kedua (3)

......

“Neng…”
Aku tersentak kaget.
“Kok tadi pake acara senyam senyum sendiri si? Tuh kan, Aa’ bilang juga apa. Jangan ngelamun terus. Jangan-jangan kali ini kemasukan Pak Dhe Gondo Genderuwo ya?”
Kulempar salah satu bantal ke arahnya.


“Wadooww, sakit atuh, Neng. Wah, Pak Dhe Genderuwo-nya ngamuk ni. Ampun-ampun deh, hehehe…”
“Ah, Aa’ becanda mulu ni. Arum ga jadi cerita aja deh.”
“Eh, kok mutung gitu, Neng? Iya, maaf deh, Sayang. Ga pake becanda lagi deh. Ehm,
Neng mau cerita apa si?”

Kuperbaiki posisi dudukku.

“Aa’ masih inget Yudhi? Yudhi Ardiansyah…”
“O, mantannya Neng yang dulu itu kan? Kenapa emangnya?”
“Arum ketemu dia lagi. Waktu itu Arum ikut studi banding ke salah satu unversitas di Malang. Arum bener-bener ga nyangka kalau ternyata Mas Yudhi juga kuliah di sana dan jadi salah satu penyambut kedatangan kami. Awalnya si Arum ga tahu kalau ada Mas Yudhi, sampai dia mendekati dan menyapa Arum. Arum baru ngeh. Ah, waktu itu Arum syok, rasanya ingin pergi saja dari tempat itu. Tapi, Arum berusaha menetralisir kekalutan itu. Bukankah di hati ini tidak ada lagi perasaan spesial untuknya? Setelah berbasa-basi sebentar, dia minta nomor HP Arum. Mulanya si Arum ragu, tapi bukankah tidak baik kalau terus memutus silaturrahim? Jadilah mulai saat itu kami berkomunikasi kembali. Semuanya masih terasa normal dan aman-aman saja, sampai akhirnya dia ngomong sesuatu…”

“Sesuatu?”
“Waktu itu ditelepon, dia tanya gini ‘Dek, aku tu sebenarnya masih sayang sama kamu. Aku nyesel dulu mutusin kamu. Aku bener-bener bodoh. Yah, mungkin sekarang kamu udah nutup hatimu untukku. Tapi, kalau boleh tahu, apa ga ada lagi secercah kecil kesempatan yang bisa kau berikan untukku agar aku bisa menjadi lagi orang yang spesial di hatimu’?
“Terus, Neng jawab apa?”
“Arum cuma ngomong ‘Maaf, Mas, Arum ga bisa’. Mulai saat itu, Arum putuskan untuk tidak menerima telepon ataupun sms darinya. Sebenernya si Arum ngerasa ga enak juga nglakuin ini sama dia, A’.”
“Menurut Aa’, kalau keadaannya seperti ini bukan masalah enak ga enaknya sama si dia, Neng. Kalau kita memang ingin selamat dari fitnah, ya kalau dia sms jangan dibalas, kalau telepon jangan diangkat. Akhwat mesti punya ‘affaf/kehormatan. Sekarang bukan waktunya lagi bermain-main. Kita sudah terlalu banyak buang-buang waktu. Itu semua tergantung sama Neng juga si. Kalau Neng TEGAS untuk mengatakan TIDAK padanya, diikuti sikap berlepas diri, laki-laki pasti punya harga diri. Tapi, kalau Nengnya malah kasih harapan, ya.. Aa’ ga tahu lagi.”
“Ih, kok pikirannya Aa’ gitu si? Arum juga sudah berusaha untuk selalu tegas dalam menanggapi Mas Yudhi. Tapi, Arum cuma takut aja, kalau ternyata tindakan yang Arum ambil ini malah menyakiti hatinya.”
“Wow, hebat kali adek Aa’ ini. Neng Arum Kesturi selain punya wajah yang manis, ternyata juga baik hati sekali. Perlu Neng ketahui, sebenarnya dalih ingin menjaga perasaan atau tidak mau menyakiti hati, semua itu was-was dari syaithan untuk memperindah maksiat. Kalau Neng ga mau menyakiti hatinya, ya… nikah aja. Beres dah masalahnya.”
“Ha? Kalau mau kasih masukan yang bener dong, A’! Arum kan masih kuliah semester tiga, jangan diprovokasi buat cepet-cepet nikah gitu ah. Lagian enak amat tiba-tiba nikah?”
“Lho, nikah bukannya emang enak, Neng?”
“Huh, bukan itu maksud Arum. Arum kan perempuan yang berhati lembut. Wajar dong kalau Arum lebih mendasarkan masalah ini pada perasaan? Arum cuma ingin mengakhiri, tapi tanpa menyakiti. Gitu, A’...”
“Sombong i.. Buat apa kita ngomong panjang lebar kalau akhirnya malah ga masuk tepat di jantungnya, Neng? Ga mengena. Kalau orang Jawa bilang, itu namanya muspro, Nduk, alias sia-sia.”
“Terus, Arum mesti gimana dong? Arum kira semuanya juga akan berakhir seiring keteguhan Arum untuk tidak melayani sms atau telepon darinya, tapi ternyata dia justru makin nekat. Dia kirim surat ke kosannya Arum, A’. Ni dia suratnya…”
Kuserahkan amplop berwarna hijau muda yang sedari tadi kusimpan di saku bajuku pada Aa’ku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar