Assalamu'alaikum Selamat datang di blog emak-emak muda
Home| Numpang| Nampung| Nampang| Bikin Sendiri| Twitter| Facebook|

Jumat, 17 Juni 2011

kesempatan kedua (1)

Ini adalah sebuah cerpen yang adekku buat waktu jaman masih imut-imut kuliahnya. Tapi bukan berarti sekarang amit-amit loh. haha. Ini aku bilang karena aku menghargai hak ciptanya, nggak mau jadi plagiator critanya :D. oke, selamat membaca.



SIDDIQ PRAMONO
Udah cakep, juga sholeh, prestasinya oke!
Sosok seperti apa yang ada di benak kalian ketika membaca tulisan ini? KePeDean, narsis, dan sok populer? Betul. Hal itu juga yang ada di pikiranku setiap kali harus membaca tulisan yang digantungkan di depan kamarnya. Menurut kalian, apa yang harus kulakukan? Marah, menjitak kepalanya atau melakukan hal yang lebih parah lagi, misalnya menimpukinya dengan sandal? Tidak bisa. Karena orang yang sedari tadi kubicarakan adalah kakakku. Yah, begitulah. Siddiq Pramono yang biasa dipanggil Pak Pram ini, yang sekarang diamanahi sebagai Presiden BEM di salah satu universitas negeri terkemuka di Solo, yang juga anak emas dosennya karena IPnya yang selalu tak pernah kurang dari tiga koma itu adalah kakakku tercinta… Kaget?
Kali ini aku butuh bantuannya. Jadi, kuputuskan untuk masuk ke kamarnya. Kuraih gagang pintunya dan kubuka dengan sepelan mungkin.

“Assalamu’alaikum, A’...“ kataku sambil melongokkan kepala ke dalam kamarnya.
“Wa’alaikumsalam wa rohmatullahi wa barokatuh… Eh, bidadari kecilku yang cantik nan jelita… Kirain Aa’ siapa. Masuk Neng…”

Kumasuki kamar yang segala pernak-perniknya bernuansa biru laut itu. Warna kesukaan kakakku. Warna yang sering dia katakan sebagai warna yang melambangkan ketenangan. Kalau kata Aa’ ni, sudah menjadi fakta yang tidak terbantahkan diantara para ahli bahwa kedamaian dari warna biru akan menyebabkan tubuh memproduksi reaksi kimia yang menenangkan, karena itu warna biru sering digunakan di kamar tidur. Manusia juga katanya lebih produktif di ruangan berwarna biru. Benarkah? Kalian percaya?

Ah, jangan terlalu dianggap serius. Kakakku memang kadang kala bersikap sok scientist. Berasa sok sekaliber Albert Einstein atau Al Kindy gitu.

“Kenapa ngelamun, Neng? Aa’ nggak mau nanggung lho, kalau tiba-tiba Neng kesambet Om Popo pocongan atau Tante Kunti kuntilanak, hehehe…”
“Ih, ga lucu! Menyebalkan!”
“Aduh, jangan manyun gitu ah. Kaya ikan mas koki punya tetangga kos Aa’ yang lagi sakit gigi…”

Kucubit pelan lengan kakakku karena kekesalanku atas kata-katanya. Dia mengaduh perlahan sambil tertawa lebar.

“Iya deh, kali ini Aa’ serius. Ada yang mau diomongin sama Aa’?”
“He’em. Menyangkut keberlangsungan hidupnya Arum, A’. ”
“Segitu pentingnya?”

Aku mengangguk dengan pasti.

“Tapi kalau Neng ga keberatan, Aa’ mau nyelesein dulu baca Qur’annya. Beberapa ayat lagi kok. Nanggung ni. Ga pa pa kan kalau Neng nunggu bentar?”
Kuanggukkan kepala. Sebentar kemudian Aa’ sudah tenggelam dengan aktivitas baca Qur’annya. Kunikmati suaranya sambil tidur-tiduran di tempat tidur bersprei birunya. Merdu sekali. Suara inilah yang dulu pernah membuat cewek-cewek tergila-gila pada Aa’ku. Aa’ memang lumayan most wanted di sekolahnya, apalagi waktu SMAnya dulu. Meski hanya punya tampang yang ga cakep-cakep amat, yah, bisa dikatakan sedikit di atas standar lah. Tapi, bukan Aa’ku namanya kalau tak bisa sukses memacari setiap cewek yang ditaksirnya.

Metode ‘penjeratan’ cinta Aa’ sebenarnya jarang berubah, hampir monoton malah. Dia masukkan puisi cinta, yang biasanya nyolong punya Kahlil Gibran atau Chairil Anwar, ke dalam laci meja si cewek yang ditaksirnya setiap pagi sebelum masuk kelas. Taktik yang agak jadul memang, tapi nyatanya selalu berhasil membuat si ‘target’ klepek-klepek tuh… Setelah dirasa waktunya sudah tepat, Aa’ akan mengajak si cewek untuk kencan.

Dengan berbekal gitar usang warisan Bapak, Aa’ mulai mengalunkan suara merdunya lewat lagu romantis yang sedang ngetren saat itu. Dilanjutkan sesi pengeluaran jurus-jurus maut untuk menggombali si cewek. Sehingga malam itu pula, akan bisa dipastikan si cewek jatuh ke pelukannya. Hebat bukan?
Ah, tapi itu si belum seberapa. Ada yang lebih hebat lagi, Teman. Mau tahu? Ternyata setiap cewek yang dipacari Aa’ tahu kalau Aa’ punya pacar lainnya dan mereka merasa fine-fine aja tuh. Entah cewek-cewek itu yang memang sudah tak waras, atau memang Aa’ yang benar-benar ‘berbakat’ dalam hal pelet-memelet cewek. Bakat magis yang selalu diakuinya sudah sejak orok sana dikaruniai dan diturunkan oleh Ki Joko Gendheng padanya. Beliau adalah seorang dukun ternama yang tinggal di desa sebelah kami yang tak pernah sepi dikunjungi para artis, pejabat, dan orang-orang penting yang menurutku juga agak diragukan kewarasan otaknya. Memangnya mana ada orang waras yang mau percaya pada orang yang melabelkan dirinya “Gendheng” dengan jelas sekali pada namanya???

#next#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar