Assalamu'alaikum Selamat datang di blog emak-emak muda
Home| Numpang| Nampung| Nampang| Bikin Sendiri| Twitter| Facebook|

Selasa, 26 Oktober 2010

baca saja - curcol :D

Yah, hari tidak bisa masak lagi. :( hmm, cerita soal kontrakanku dulu ya. Kebiasaan di kontrakan saya memang ada jadwal piket masak. Tidak hanya piket masak saja sih, ada piket bersih-bersih rumah dan bersih-bersih kamar mandi. Ada 9 orang yang tinggal di kontrakan. Sebenarnya boleh dibilang overload untuk kontrakan saya ini. Tiga kamar, satu ruang tengah, parkir dalam, dapur dan kamar mandi. Semua berukuran 3 x 4 m hanya kamar mandi saja yang lebih kecil, 2 x 3 m. bisa dibayangkan kalau lagi di rumah semua. Rasanya kayak gang senggol.


Kami memberi nama kontrakan kami Baitun Nida’, biar keren, disingkat BNI. Kami juga menyebut kontrakan itu “rumah jompo”. Hehe, terlalu sadis sebenarnya. Disebut begitu karena memang yang tinggal disitu perempuan-perempuan yang sudah tidak kuliah, tinggal skripsi atau kerja sambil menunggu “jemputan” (istilah yang menyindir). Hanya ada satu yang masih aktif kuliah. Itupun karena pengen tinggal bareng kakaknya. Dari tahun pertama ngontrak, belum pernah lengkap 9 perempuan yang tinggal. Pasalnya ada satu yang sering pulang kampung. Tak tahulah, skripsinya ditinggal begitu saja. Kalau ditanya soal skripsi, selalu menghindar. Jadi, lumayan, mengurangi kepadatan kontrakan  (maaf, ya Ntuk, bukan maksud mb Ida tidak mengharapkanmu).



Di rumah ini, hidup saat malam. Saat semua penghuninya pulang dari beraktivitas maklu, kehidupan sehari-hari kami bisa disebut angkatan 75. Pergi jam 7 pagi, pulang jam 5 sore. Sangat jarang bisa ngumpul bareng ketika siang hari. Hari liburpun lebih sering untuk beraktivitas mencuci atau setrika pakaian yang sudah menumpuk 3 atau bahkan seminggu.
Meski dengan sok sibuknya kami di luar, masih ada aktivitas di rumah yang harus dikerjakan. Ya, jadwal piket itu. Itung-itung persiapan diri buat “jemputan”. Eit, jangan bingung soal jemputan. Maksudnya itu, calon suami. Hehe, maaf kalau terlalu ngarep J. Maklum, usia kami rata-rata memang sudah pantas menikah. Yah, semacam latihan mengurus rumah tangga.

Bagi saya, soal bersih-bersih, bereslah. Bisa diatur. Memasak. Satu hal ini, sebenarnya kurang saya sukai. The power of kepepet yang jadi andalan. Kepepet karena ada jadwal piet masak. Dulu waktu saya masih mahasiswa, ada juga jadwal piket masak tapi lebih sering tidak terealisasi karena saya lebih sering beli makanan jadi di luar. Faktor malas dan kurang pede kalau membuat makanan untuk orang banyak. Pengalaman yang bikin trauma juga waktu saya masak di rumah. Waktu itu Bue yang biasa masak untuk makan malam lagi pergi dan tidak bisa masak. Dengan modal nekad, masaklah saya. Sebenarnya cukup mudah, sayur banjir karena Pae memang suka sayur banjir. Sayur bening dengan kuah yang banyak. Dari dua kali buat sayur banjir, dua kali pula saya gagal. Sayur pertama terlalu asin. Episode kedua, hambar, hamper tak ada rasanya. Sejak saat itu, trauma kalau diminta masak. Baru mulai di kontrakan ini dengan the power of kepepet itu saya berjuang sepenuh hati (hehe) untuk bisa masak. Ingat nanti kalau ada jemputan, mosok beli terus. Ya syukur kalau ada pembantu, kalau tidak, bisa bengkak tu pengeluaran. Hmm, tapi kadang the power of kepepet-nya kalah sama males, ya, akhirnya beli juga. Hehe.

Kembali ke curhatan awal tadi, kebetulan hari ini adalah jadwal masak saya. Sudah siap-siap beli sayur ke pasar pagi-pagi habis subuh. Pulang, sudah sempat potong-potong sayurnya. Simple, hari ini saya pengen tumis kacang dan wortel. Lauk cukup tahu bakso digoreng. Sederhana. Tapi, karena angkatan 75 itulah, kutinggal sayur yang sudah kupotong-potong. Kutitipkan kepada temanku untuk membantu memasaknya. Maaf ya teman, bukan maksud saya malas masak (dengan tampang memelas) ^^

*sedikit keburu
27 Oktober 2010*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar