Assalamu'alaikum Selamat datang di blog emak-emak muda
Home| Numpang| Nampung| Nampang| Bikin Sendiri| Twitter| Facebook|

Rabu, 03 November 2010

Belajar dari Mereka

Hari ini saya belajar dari tiga wanita berbeda generasi. Pertama, dengan seorang mahasiswi semester 4 di sebuah perguruan tinggi ternama di Semarang. Pagi itu saya mengirim sebuah SMS untuk sekedar menyemangati, berbagi. 

Dan ketika komitmen diuji, memang benar adanya bahwa menjaga diri itu lebih tinggi tingkatannya daripada berbuat baik.

Setelah SMS itu terkirim, langsung ada respon balasan meminta saya untuk bisa ketemu dengannya karena ada sesuatu yang ingin dibicarakan. Kemudian kami janjian ketemu di sebuah warung makan yang lumayan sepi. Hmm, saya jadi bertanya-tanya, sepertinya serius sekali. Jujur, saya jarang diajak ngomong dar hari ke hati karena seringnya nggak bisa ngasih solusi. Hehe, tapi pikir saya, dengan bercerita kepada orang lain rasanya beban masalah yang ada bisa berkurang. Setelah berbincang-bincang selama kurang lebih 1 jam, saya mulai memahami masalah yang ada. Bahwa dia sedang dalam persimpangan antara tetap bertahan di aktivitas yang sedang dijalaninya atau mundur dengan teratur karena merasa tidak sreg dengan sistem yang dilakukan meski sebenarnya dia sangat menyenangi beraktivitas disana dengan berbagai kegiatan dan kelelahan  yang ada. Harus rapat dengan 4 orang laki-laki hingga larut malam. Itu masalah yang dia hadapi. Pada akhirnya, saya hanya bisa memberi sedikit solusi untuk senantiasa istikharah, semoga Allah memberikan pilihan terbaik. Kemudian mencoba untuk mengkomunikasikan kepada pimpinannya agar tidak rapat di malam hari. Atau rapat online lewat YM. Dan hanya itu yang bisa saya sarankan. Urusan mahasiswa, hmm…
Sorenya saya menjenguk teman, seorang ibu muda yang baru saja melahirkan. Ini anak keduanya dengan proses caesar. Sungguh saya dan beberapa teman saya yang menjenguk saat itu dibuat bergidik dengan cerita saat seorang ibu melahirkan.
“Bener lho, ketika wanita melahirkan itu berpeluh keringat dan darah” kata teman saya.
“Iya, lha wong sampai jerit-jerit gitu, saking sakitnya, bahkan waktu itu saya lahiran anak pertama Cuma disekat pakai tirai. Kiri kanan banyak yang lahiran juga. Wes, kompak kayak lagi koor”, timpal teman saya yang lain yang kebetulan belum lama habis melahirkan.
“Terus tambah di gunting-gunting biar bayinya cepet isa keluar tapi ya nggak kerasa sakit, saking sudah sakit buat ngejannya”
Duh, tambah merinding saya. Saya jadi ingat ibu saya. Gimana ya waktu saya lahir.
 Malamnya saya tidak sengaja menjumpai teman lama saya, seorang ibu muda. Dia sedang menggendong putrinya. Cukup lama kami bercerita di pinggir jalan sambil mengenang teman-teman lama kami. Dia bercerita kesibukannya sekarang mengurus rumah tangga sehingga aktivitas ngaji yang biasa dia lakukan setiap pekan sebelum dia mempunyai anak sudah lama dia tinggalkan. Ya, alasan kesibukan mengurus rumah, suami dan anak. Sementara suami juga kurang mendukung dengan aktivitas itu.
Selesai bertukar kabar panjang lebar dengan teman lama saya itu, saya bertemu dengan ibu kos. Seorang wanita separuh baya yang tinggal di sebelah kos saya. Beliau bercerita tentang silsilah keluarga, tentang anak-anaknya dan aktivitas sehari ini apa saja. Mata saya yang tinggal 5 watt berusaha untuk bertahan mendengaran sambil sedit-sedikit menanggapi.
“Mau apalagi mbak, kalau sudah tua gini, paling pagi habis subuh di masjid bersih-bersih rumah, siang dikit ke sawah sampai sore terus tenguk-tenguk. Kalau malam, nunggu bapak pulang dari masjid seperti sekarang ini”, cerita ibu kos.
Hmm, sungguh saya banyak belajar dari mereka. Semua indah pada waktunya. Dari 3 generasi wanita itu memberikan banyak pelajaran. Hidup adalah rangkaian masalah dan strategi solusinya. Kata seorang alim, sesungguhnya kewajiban yang harus kita pikul lebih banyak daripada waktu yang kita miliki. Kita akan disibukkan dengan hal-hal yang kecil ketika tidak disibukkan dengan hal yang besar. Tinggal kita memilih bagaimana, haruskah berkutat pada hal-hal kecil yang  remeh temeh atau menyibukkan diri dengan aktivitas yang berarti. Itu adalah pilihan. Kemudian, bagaimana dengan anda???

*Semua indah pada waktunya
  Rabu, 3 November 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar