Memiliki buah hati tentu menjadi satu hal yang diinginkan
oleh setiap pasangan setelah menikah. Demikian juga denganku. Sebulan setelah
menikah masih sabar menunggu. Bulan kedua mulai ancang-ancang PP test. Belum bergaris
dua. Masih tenang, belum rejeki, belum dikasih amanah sama Allah. Mendinginkan suasana
hati.
Bulan ketiga masih
HHC dan masih dengan hasil yang sama, belum bergaris dua. Mulai khawatir,
sampai periksa ke dokter spesialis kandungan. Hehe, padahal saat itu sedang
haid di hari-hari akhir. Cuma pengen konsul ada masalah ga sih. Alhamdulillah,
ga masalah. Lebih tenang. Sempat berpikir yang nggak-nggak sebelum periksa. Parno
sama cerita orang yang sudah menikah sekian tahun belum dikaruniai anak. Setelah
konsultasi tak ada masalah, cukup ikhtiar dan berdoa, akhirnya lebih tenang.
Hari-hari selanjutnya lebih santai, nggak ngoyo pengen
cepat-cepat punya momongan. Malah bulan keempat itu haid terakhir karena bulan
selanjutnya sudah ada janin dalam rahimku.
Saat itu ada perasaan tak percaya, rasa syukur, senang dan
sakit jadi satu. Maklum, awal kehamilan terasa lemas dan tak nafsu makan. Selanjutnya
hingga 3 bulan merasakan mual dan lebih sering keluar lagi apapun makanan yang
masuk.
Bertambah bulan, nafsu makan semakin baik. Tak ada sesi
ngidam-ngidaman. Apapun bisa masuk. Sampai perkiraan berat janin 3,3 kg. BB ku
sendiri sebelum hamil 45 kg, sampai aku siap melahirkan 61 kg. BB dekbay ketika
lahir 3,85 kg. Sekitar 12 kg kemana ya…
Usia kandungan 6 bulan, dekbay belum mau mapan kepalanya. Masih
muter-muter. Perlu banyak jalan-jalan dan sujud agar posisi dekbay benar. Sampai usia kandungan 9
bulan, kepala dekbay sudah di bawah tapi baru sedikit yang masuk panggul. Terlintas
takut yang sangat karena pengen sekali melahirkan dengan persalinan normal.
HPL dari bidan maupun Sp.Og sama, 8 Mei 2014. Tapi sampai
tanggal HPL tak ada tanda-tanda dekbay mau keluar. Ditunggu-ditunggu…. Sempat stress.
Hasil konsultasi dengan dokter ditunggu sampai 1 minggu. Masih berharap untuk
melahirkan normal.
Kamis, 8 Mei 2014 kembali periksa ke Sp.Og. Berharap bisa
melahirkan normal. Pilihan dipacu pun
kuambil. Tak ada bayangan kalau dipacu itu kayak apa.
Malam itu juga dipacu dengan pil yang dimasukkan lewat jalan
lahir. Nunggu sampai pagi berikutnya. Setelah diobservasi hanya bukaan 1 nggak
penuh, diganti metode pacu dengan infuse. Aku cuma manut. Ternyata rasa dipacu
itu sungguh menyiksa. Memaksa membuka jalan lahir.
Aku masih ingat, di ruang bersalin itu jam 1 siang, ada 3
yang sedang berjuang melahirkan. Aku dengar bagaimana jeritan ibu-ibu sebelah
yang membuat repot bidan yang jaga. Meracau nggak karuan. Berharap aku tak
seperti itu. Tapi sungguh, memang sakit. Pantaslah ibu sebelah seperti itu.
Bidan jaga observasi berkala. Aku dengar bisik-bisiknya, bukaan
1, beberapa jam kemudian bukaan 3, begitu sakitnya tambah hebat, bukaan 7. Dan semakin
hebat ketika bukaan 10 dan ketuban pecah . Hingga jam 1 malam setelah ketuban
pecah usaha mengejanku tak membuahkan hasil. Akhirnya dokter memutuskan untuk
operasi. Rasanya runtuh harapanku. Allah Maha Tahu yang terbaik untuk hambaNya.
Selesai operasi dini hari jam 02.05 WIB, dekbay cantik sudah
menghirup udara dunia barunya. Rasa ngantuk tak terkira setelah operasi
mengalahkan rasa sakit sebelumnya. Sampai sekarang ada rasa bersalah seperti
memaksa dekbay keluar dari dunia rahimnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar