Assalamu'alaikum Selamat datang di blog emak-emak muda
Home| Numpang| Nampung| Nampang| Bikin Sendiri| Twitter| Facebook|

Selasa, 17 April 2012

Cerita Rumah (Kos)ku


Saat posting cerita ini, aku lagi nemenin temenku yang lagi penyuluhan di sekolah (SMPN 1 Paninggaran). Sebuah sekolah di daerah Kabupaten Pekalongan. Meski nggunung, ternyata boleh juga ni sekolah. hehe. 

Lumayan, daripada lumanyun :p
Cuma maucerita soal kosku selama di Kabupaten Pekalongan. Sebenernya udah lama nulisnya tapi mengawali postingannya yang rada buntu. Boleh dibaca, tak boleh dimakan :D


Rumah (kos) pertamaku’
Sejak kerja di Kabupaten Pekalongan, aku jadi anak kos (lagi). Tepatnya sejak bulan April 2011. Awalnya aku kos di dekat tempat kerja, selisih beberapa rumah. Enaknya, jelas kalau ke tempat kerja tinggal lompat langsung nyampe. Ga enaknya, ga ada temen kosnya. Sumpah, garing banget.

Saat itu aku menempati kamar di lantai dua. Rumahnya boleh dibilang setengah jadi. Tampak luar, manis nian. Sampai lantai pertama, kondisi baik-baik saja. Untuk ke lantai dua, harus menaiki tangga yang memang belum jadi. Ga ada pinggiran yang buat pegangan ketika naik tangga. Rada parno sebenernya. Di lantai dua itu ada 3 kamar. Satu kamar untuk anak perempuan ibu bernama Deka, 1 kamar  untuk anak laki-laki ibu kos, yang biasa dipanggil Rojack dan 1 kamar untukku. Deka sering tak kujumpai di kos, usia anak SMA yang suka main di luar. Sedang Rojack yang pendiam baru kuketahui ternayat memang rada ga genep orangnya. Ini berarti menambah daftar parno soal kos pertamaku.

Kamar yang kutempati cukup luas, meski tak seluas lapangan bola. Ya ilayah, (>,<) Ada dipan lengkap dengan kasur dan sprei cantik, meja dan lemari mungil. Mungkin nyanyian ini pantas menggambarkan: “ you are beautiful, beautiful, beautiful. Kamu cantik, cantik, cantik dari hatimuuuu “. Fasilitas yang cukup dengan harga sewa 300 ribu sebulan. Tapi fasilitas lumayan itu masih bisa ngalahin garing dan parnonya aku disitu. Akhirnya, aku putuskan untuk pindah kos.

Rumah (kos) keduaku,
And then, aku pindah kos bareng sama 2 teman kerjaku, seorang perawat gigi dan bidan desa. Barengan sama yang punya rumah, pasangan suami istri yang mempunyai 1 anak laki-laki. Anak laki-laki itu bernama Rifki. Aku biasa memanggilnya dengan panggilan Kiki atau lup (panggilan untuk anak laki-laki di sekitar daerahku). Kiki kecil genap berumur 4 tahun tanggal 18April ini. Suka sekali sama yang namanya mainan mobil dan kendaraan bermesin lainnya. Maniak, malah. Hampir setiap hari beli mainan mobil-mobilan dari harga 500 perak sampe ratusan ribu. Kayaknya koleksinya udah pantes kalau mau dibuat ajang pameran tunggal.

Pernah suatu pagi, ngambek ga mau sarapan. Minta dibelikan mobil yang bisa dinaiki seperti mobil gokart. Rupanya mogok sarapan tidak hanya pagi itu saja. Berlanjut hingga beberapa hari. Mungkin ini anak niru gaya demo orang-orang yang mogok makan demi minta tuntutannya dipenuhi. Untungnya, ga sampai ikut aksi jahit mulut :D

Ada saja alasannya untuk mogok makan. Dari mulai standar, karena ga laper, sampai pura-pura sariawan. Badannya yang kurus serasa semakin tinggal tulang dan kulit saja. Sebagai orang tua yang sayang anaknya, akhirnya luluh pula ortu muda ini untuk membelikan mobil-mobilan. Lebih karena ga tega melihat anaknya seperti itu.

Dan keributan yang lumayan aneh itu berlanjut ketika suatu hari si Kiki kecil nangis. Suara tangisannya macam suara sumbang di sebuah pentas Elva’s sesoria. Urusan ini tak perlu bertanya ke Shinichi untuk sekedar taua apa masalahnya. Ternyata si Kiki kecil menolak mentah-mentah diajak pergi keluar kota dengan mobil kijang. Dia pikir lebih mending pakai mobil terompak (pick up) yang biasa dipakai ayahnya ngompreng. Ha, si Kiki kecil takut naik mobil keren?! Sepertinya dia hanya hobi koleksi saja tanpa harus mengendarainya.

Bisa jadi cerita tentang si Kiki kecil bakal berlanjut seiring tumbuh kembangnya. Entah nanti apakah si Kiki kecil yang tumbuh besar benar-benar akan membuat pameran tunggal mainan mobil-mobilan. Atau si Kiki kecil akan mengubah cita-citanya menjadi pengusaha mobil yang hanya menjual mobil terompak (bak terbuka) tanpa pernah bersentuhan dengan mobil keren. Entahlah. Masih panjang untuk mengetahui itu semua dengan jelas.

And then, cerita kos keduaku ini bakalan lebih berwarna, berlanjut hingga suatu saat nanti aku ga disitu lagi. Entah pindah kos atau pindah ke rumah baru :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar