Kurasa setiap orang mempunyai rahasia dalam hidupnya. Yang mungkin orang-orang yang ada di dekatnya belum tentu tau. Itu yang aku tau dari orang-orang di sekitarku dan tentu aku sendiri. Akan ada cerita dan cerita lagi yang mengalir ketika kita bersama orang-orang di sekitar kita.
Mungkin itu pula yang menjadikan bantahan terhadap suatu pernyataan soal hubungan menuju pernikahan. Banyak yang berdalih pacaran dijadikan sebagai sarana untuk saling mengenal pasangan, sebagai ajang penjajakan. Toh nyatanya ga jaminan pacaran sekian tahun lamanya bakal aman tentram ketika berlanjut sah menjadi suami isteri. Kurasa setiap saat bisa jadi akan ada hal baru dalam sebuah pernikahan meski diawali dari pacaran sekian tahun.
Hm, tapi disini aku nggak mau cerita soal pacaran dengan segala keberlanjutannya. Aku hanya ingin membuat catatan tentang hal yang sampai sekarang masih off the record. Sepertinya hanya aku dan kedua teman, lebih tepatnya kakak kelasku yang tau. Aku ingin membaginya disini.
Kisah itu bermula ketika aku dan kedua kakak kelasku, mbak Yuni dan mbak Sari mbolang bareng ke Temanggung. Kami bermaksud silaturahim ke tempat KKN mbak Yuni dan mbak Sari. Jika kupikir-pikir, nekad pula kami bertiga. Naik roda dua dari Semarang menuju Temanggung.
Kubilang nekad karena seharusnya ada alternatif transportasi yang relatif lebih aman ketimbang memakai roda dua. Mungkin juga bue akan marah kalo tau aku pergi jauh dengan sepeda motor. Hehe, maaf ya bue. Setidaknya ini menjadi pengalaman mbolangku yang seru.
Aku bersama kedua kakak kelasku itu berangkiat dari Semarang siang hari, selepas dhuhur. Yang kuingat saat itu aku begitu menikmati pemandangan sepanjang perjalanan. Hijaunya pepohonan, sejuknya udara meski saat itu siang hari. Jauh lebih sejuk ketimbang udara Semarang kala itu.
Tiba di daerah sekitar Temanggung, aku lupa apa namanya, sepeda motor yang kunaiki tiba-tiba ngegleyor. Sempat panic karena saat itu kami berada di jalan yang sepi yang kanan kirinya serupa hutan dan semak-semak. Ditambah lagi hari mulai gelap dan saat itu hujan rintik-rintik.
Yang kudapati adalah motorku bocor. Alhasil, kami bergantian menuntun sepeda motor itu mencari tempat tambal ban. Setelah sekian kilometer kami berjalan, tak ada tanda-tanda tempat tambal ban yang masih buka. Hingga sampai di daerah pemukiman, kami menemukan tempat tambal ban. Wuahh, lega sekali rasanya. Sembari menunggu tambal ban, kami istirahat. Lumayan, anggap saja perjalanan menuntun sepeda motor tadi adalah olahraga :D
Kami sempat mengabadikan momen indah itu dengan sebuah kamera. Sayang, entah foto itu sekarang dimana. Foto asyik, menikmati gorengan. Capek, kehujanan, basah dan lapar. Maka nikmat Tuhan manakah yang kau dustakan
Selesai tambal ban, hari telah benar-benar gelap. Tempat tujuanpun masih lumayan jauh. Perlu memutar otak kemana kita melangkah. Akankah terus melanjutkan mbolang ke tempat tujuan atau beristirahat semalam ini. Karena pertimbangan nantinya kami akan masih sekian kilo meter perjalanan dan melewati hutan yang benar-benar sepi, kami memutuskan menginap semalam. Dan kau tau dimana kami menginap? Kami menginap di kantor polisi. Hehe. Semalam menjadi tahanan.
Itu kami pilih karena tak ada satupun penduduk yang kami kenal dan hanya ada kantor polisi tempat pelayanan publik yang bisa kami tumpangi. Sungguh semakin nekad kami. Yahh, pikirku mungkin lebih aman. Setidaknya tak ada yang mau maling di kantor polisi :D
Sempat aku bermimpi menjadi back packer. Berpetualang, berkeliling dunia atau minimal Indonesia dengan hanya berbekal badan. Teringat kisah Sang Pemimpi, novel karya Andrea Hirata. Perjalanan serunya menjelajahi dunia dengan hanya berbekal badan dan mengandalkan keahlian mereka.
Bisa jadi semalam aku di tahanan itu menjadi kisah petualanganku yang tak seheboh cerita petualangan Ikal dan teman-temannya di Sang Pemimpi. Tapi aku cukup menikmati. Setidaknya berada di tahanan dengan cara yang baik tidak seperti halnya buronan koruptor yang dibawa paksa masuk bui :D
Mungkin akan banyak cerita jika aku seperti kisah di Sang Pemimpi . Tapi kenyataan yang ada sekarang, aku memang berpetualang tapi tak seberapa. Enjoy it. Jauh di hatiku aku masih mengharap suatu ketika nanti aku akan mewujudkan mimpiku, meski tak harus dengan back packer :D
Mungkin itu pula yang menjadikan bantahan terhadap suatu pernyataan soal hubungan menuju pernikahan. Banyak yang berdalih pacaran dijadikan sebagai sarana untuk saling mengenal pasangan, sebagai ajang penjajakan. Toh nyatanya ga jaminan pacaran sekian tahun lamanya bakal aman tentram ketika berlanjut sah menjadi suami isteri. Kurasa setiap saat bisa jadi akan ada hal baru dalam sebuah pernikahan meski diawali dari pacaran sekian tahun.
Hm, tapi disini aku nggak mau cerita soal pacaran dengan segala keberlanjutannya. Aku hanya ingin membuat catatan tentang hal yang sampai sekarang masih off the record. Sepertinya hanya aku dan kedua teman, lebih tepatnya kakak kelasku yang tau. Aku ingin membaginya disini.
Kisah itu bermula ketika aku dan kedua kakak kelasku, mbak Yuni dan mbak Sari mbolang bareng ke Temanggung. Kami bermaksud silaturahim ke tempat KKN mbak Yuni dan mbak Sari. Jika kupikir-pikir, nekad pula kami bertiga. Naik roda dua dari Semarang menuju Temanggung.
Kubilang nekad karena seharusnya ada alternatif transportasi yang relatif lebih aman ketimbang memakai roda dua. Mungkin juga bue akan marah kalo tau aku pergi jauh dengan sepeda motor. Hehe, maaf ya bue. Setidaknya ini menjadi pengalaman mbolangku yang seru.
Aku bersama kedua kakak kelasku itu berangkiat dari Semarang siang hari, selepas dhuhur. Yang kuingat saat itu aku begitu menikmati pemandangan sepanjang perjalanan. Hijaunya pepohonan, sejuknya udara meski saat itu siang hari. Jauh lebih sejuk ketimbang udara Semarang kala itu.
Tiba di daerah sekitar Temanggung, aku lupa apa namanya, sepeda motor yang kunaiki tiba-tiba ngegleyor. Sempat panic karena saat itu kami berada di jalan yang sepi yang kanan kirinya serupa hutan dan semak-semak. Ditambah lagi hari mulai gelap dan saat itu hujan rintik-rintik.
Yang kudapati adalah motorku bocor. Alhasil, kami bergantian menuntun sepeda motor itu mencari tempat tambal ban. Setelah sekian kilometer kami berjalan, tak ada tanda-tanda tempat tambal ban yang masih buka. Hingga sampai di daerah pemukiman, kami menemukan tempat tambal ban. Wuahh, lega sekali rasanya. Sembari menunggu tambal ban, kami istirahat. Lumayan, anggap saja perjalanan menuntun sepeda motor tadi adalah olahraga :D
Kami sempat mengabadikan momen indah itu dengan sebuah kamera. Sayang, entah foto itu sekarang dimana. Foto asyik, menikmati gorengan. Capek, kehujanan, basah dan lapar. Maka nikmat Tuhan manakah yang kau dustakan
Selesai tambal ban, hari telah benar-benar gelap. Tempat tujuanpun masih lumayan jauh. Perlu memutar otak kemana kita melangkah. Akankah terus melanjutkan mbolang ke tempat tujuan atau beristirahat semalam ini. Karena pertimbangan nantinya kami akan masih sekian kilo meter perjalanan dan melewati hutan yang benar-benar sepi, kami memutuskan menginap semalam. Dan kau tau dimana kami menginap? Kami menginap di kantor polisi. Hehe. Semalam menjadi tahanan.
Itu kami pilih karena tak ada satupun penduduk yang kami kenal dan hanya ada kantor polisi tempat pelayanan publik yang bisa kami tumpangi. Sungguh semakin nekad kami. Yahh, pikirku mungkin lebih aman. Setidaknya tak ada yang mau maling di kantor polisi :D
Sempat aku bermimpi menjadi back packer. Berpetualang, berkeliling dunia atau minimal Indonesia dengan hanya berbekal badan. Teringat kisah Sang Pemimpi, novel karya Andrea Hirata. Perjalanan serunya menjelajahi dunia dengan hanya berbekal badan dan mengandalkan keahlian mereka.
Bisa jadi semalam aku di tahanan itu menjadi kisah petualanganku yang tak seheboh cerita petualangan Ikal dan teman-temannya di Sang Pemimpi. Tapi aku cukup menikmati. Setidaknya berada di tahanan dengan cara yang baik tidak seperti halnya buronan koruptor yang dibawa paksa masuk bui :D
Mungkin akan banyak cerita jika aku seperti kisah di Sang Pemimpi . Tapi kenyataan yang ada sekarang, aku memang berpetualang tapi tak seberapa. Enjoy it. Jauh di hatiku aku masih mengharap suatu ketika nanti aku akan mewujudkan mimpiku, meski tak harus dengan back packer :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar