Seberapa senang atau boleh dikatakan
bangga sih seorang editor dari cerpen atau novel terkenal? Kenapa aku
kepikiran ini? Oke, jadi begini ceritanya sodara-sodara. Jreng...
Jaman dulu kala (jiah, macam mau cerita
sejarah yak :D) waktu aku masih berstatus guru SMP, diamanahi di
bidang ektrakurikuler. Dari situ, akku mulai ngoyak-ngoyak anka-anak
yang sekiraku punya potensi, bakal aku sarankan ikut ekskul yang ada.
Bahkan bisa jadi pada tingkat 'memaksa' demi mengembangkan potensi.
Sekali lagi, menurut perkiraanku saja.
Salah satu yang aku 'paksakan' di
bidang kepenulisan. Jaman itu banyak lomba di bidang tulis menulis
tuh. Ada puisi, cerpen, novel, KIR, dll. Lomba cerpen lebih sering
mampir ke info sekolah waktu itu. Jadilah aku memcoba memaksimalkan
lomba itu. Mungkin efek dari aku yang pengen bisa nulis tapi sering
tulisannya mentok atau paling banter hanya bisa dinikmati sendiri,
jadinya melampiaskan ke anak-anak yang punya hobi atau potensimenulis
tapi agak malu-malu untuk ikut lomba. Demi keberhasilan pemaksaaan
itu, aku rela jadi editor dadakan.
Meski edtor dadakan, ada juga anak yang
mengirimkan cerpen ke tingkat nasional bisa lolos 13 besar dari 700an
karya yang masuk. Waktu itu lomba cerpen islami tingkat SMP SMA oleh
kementrian agama RI. Jelas lebih besar karena memang si anak punya
bakat menulis bukan karena editornya yang keren. Hehe. Tapi
setidaknya ada terselip rasa senang ketika mengetahui hasil itu. Nah, aku yang editor dadakan untuk sebuah cerpen yang menang lomba aja
senengnya kayak gini. Gimana yang editor beneran untuk cerpen yang
terkenal ya? hm...
Dan
tahun 2009 lalu cerpen itu dibukukan. Sayangnya, belum masuk koleksi
di rak bukuku. Sepertinya hanya untuk koleksi di perpustakaan
sekolah.
Ini cerpennya...
Setelah itu, belum lama ini, si anak
ini kembali mengirimkan cerpen di ajang lomba cerpen yang diadakan
oleh lembaga yang sama. Hanya saja sekarang tingkat SMS/ SMK. Dan
kembali aku menjadi editor dadakan. Dan alhamdulillah, dua hari yang
lalu aku mendapat kabar, dia masuk 10 besar. Entah berapa naskah yang
masuk. Bisa diklik disini pengumumannya. Oya, nama anak itu Anissa
Dyah Pertiwi. Bisa dikenal via blog ini
Nah, setiap orang punya potensi.
Teruslah mengasah potensi yang ada walau kadang untuk memunculkannya
butuh yang namanya paksaan :)
alhamdulillah, terima kasih ustadzah :D
BalasHapusiya, sama-sama dif :D
BalasHapus