Assalamu'alaikum Selamat datang di blog emak-emak muda
Home| Numpang| Nampung| Nampang| Bikin Sendiri| Twitter| Facebook|

Kamis, 24 Oktober 2013

Mendadak Editor


Seberapa senang atau boleh dikatakan bangga sih seorang editor dari cerpen atau novel terkenal? Kenapa aku kepikiran ini? Oke, jadi begini ceritanya sodara-sodara. Jreng...


Jaman dulu kala (jiah, macam mau cerita sejarah yak :D) waktu aku masih berstatus guru SMP, diamanahi di bidang ektrakurikuler. Dari situ, akku mulai ngoyak-ngoyak anka-anak yang sekiraku punya potensi, bakal aku sarankan ikut ekskul yang ada. Bahkan bisa jadi pada tingkat 'memaksa' demi mengembangkan potensi. Sekali lagi, menurut perkiraanku saja.

Salah satu yang aku 'paksakan' di bidang kepenulisan. Jaman itu banyak lomba di bidang tulis menulis tuh. Ada puisi, cerpen, novel, KIR, dll. Lomba cerpen lebih sering mampir ke info sekolah waktu itu. Jadilah aku memcoba memaksimalkan lomba itu. Mungkin efek dari aku yang pengen bisa nulis tapi sering tulisannya mentok atau paling banter hanya bisa dinikmati sendiri, jadinya melampiaskan ke anak-anak yang punya hobi atau potensimenulis tapi agak malu-malu untuk ikut lomba. Demi keberhasilan pemaksaaan itu, aku rela jadi editor dadakan.

Meski edtor dadakan, ada juga anak yang mengirimkan cerpen ke tingkat nasional bisa lolos 13 besar dari 700an karya yang masuk. Waktu itu lomba cerpen islami tingkat SMP SMA oleh kementrian agama RI. Jelas lebih besar karena memang si anak punya bakat menulis bukan karena editornya yang keren. Hehe. Tapi setidaknya ada terselip rasa senang ketika mengetahui hasil itu. Nah, aku yang editor dadakan untuk sebuah cerpen yang menang lomba aja senengnya kayak gini. Gimana yang editor beneran untuk cerpen yang terkenal ya? hm... 

Dan tahun 2009 lalu cerpen itu dibukukan. Sayangnya, belum masuk koleksi di rak bukuku. Sepertinya hanya untuk koleksi di perpustakaan sekolah.

Ini cerpennya...

Setelah itu, belum lama ini, si anak ini kembali mengirimkan cerpen di ajang lomba cerpen yang diadakan oleh lembaga yang sama. Hanya saja sekarang tingkat SMS/ SMK. Dan kembali aku menjadi editor dadakan. Dan alhamdulillah, dua hari yang lalu aku mendapat kabar, dia masuk 10 besar. Entah berapa naskah yang masuk. Bisa diklik disini pengumumannya. Oya, nama anak itu Anissa Dyah Pertiwi. Bisa dikenal via blog ini

Nah, setiap orang punya potensi. Teruslah mengasah potensi yang ada walau kadang untuk memunculkannya butuh yang namanya paksaan :)

2 komentar: